Dahulu kala di sebuah
kolam yan luas tinggalah seekor anak katak hijau dan ibunya. Anak katak
tersebut sangat nakal dan tidak pernah mengindahkan kata-kata ibunya. Jika
ibunya menyuruhnya ke gunung, dia akan pergi ke laut. Jika ibunya menyuruhnya
pergi ke timur, dia akan pergi ke barat. Pokoknya apapun yang diperintahkan
ibunya, dia akan melakukan yang sebaliknya.
“Apa yang harus kulalukan
pada anak ini” pikir ibu katak. “Kenapa dia tidak seperti anak-anak katak lain
yang selalu menuruti kata orang tua mereka.”
Suatu hari si ibu berkata,
“Nak, jangan pergi keluar rumah karena di luar sedang hujan deras. Nanti kau
hanyut terbawa arus.”
Belum selelsai ibunya
berbicara, anak katak tersebut sudah melompat keluar sambil tertawa
gembira,”hore…banjir aku akan bermain sepuasnya!”
Setiap hari ibu katak
menasehati anaknya namun kelakuan anak katak itu bahkan semakin nakal saja. Hal
itu membuat ibu katak murung dan sedih sehingga dia pun jatuh sakit. Semakin
hari sakitnya semakin parah.
Suatu hari ketika dia
merasa tubuhnya semakin lemah, ibu katak memanggil anaknya,”Anakku, kurasa
hidupku tidak akan lama lagi. Jika aku mati, jangan kuburkan aku di atas
gunung, kuburkanlah aku di tepi sungai.”
Ibu katak sebenarnya ingin
dikubur di atas gunung, namun karena anaknya selalu melakukan yang sebaliknya,
maka dia pun berpesan yang sebaliknya.
Akhirnya ibu katak pun
meninggal. Anak katak itu menangis dan menangis menyesali kelakuannya, “Ibuku
yang malang. Kenapa aku tidak pernah mau mendengarkan kata-katanya. Sekarang
dia telah tiada, aku sudah membunuhnya.”
Anak katak tersebut lalu
teringat pesan terakhir ibunya. “Aku selalu melakukan apapun yang dilarang
ibuku. Sekarang untuk menebus kesalahanku, aku akan melakukan apa yang dipesan
oleh ibu dengan sebaik-baiknya.”
Maka anak katak itu
menguburkan ibunya di tepi sungai.
Beberapa minggu kemudian
hujan turun dengan lebatnya, sehingga air sungai dimana anak katak itu
menguburkan ibunya meluap. Si anak katak begitu khawatir kuburan ibunya akan
tersapu oleh air sungai. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke sungai dan
mengawasinya.
Di tengah hujan yang lebat
dia menangis dan menangis. “Kwong-kwong-kwong. Wahai sungai jangan bawa ibuku
pergi!”
Dan anak katak hijau itu
akan selalu pergi ke sungai dan menagis setiap hujan datang. Sejak itulah
kenapa sampai saat ini kita selalu mendengar katak hijau menangis setiap hujan
turun.
Pesan Moral : Janganlah Menyiakan Waktu, Sebelum Menyesal Pada Akhirnya