Pada suatu
masa, ada seorang Bangsawan
Kerajaan bernama Baron , ia terkenal juga merupakan seorang yang menguasai ilmu
sihir dan bisa meramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Suatu hari,
ketika Baron bermain bersama anaknya yang masih kecil berusia empat tahun, dia
berencana untuk melihat ramalan masa depan anaknya. Lalu Baron Mengambilm Buku Takdir untuk melihat apa yang akan
terjadi di masa depan anaknya.
Baron menjadi cemas saat dia mendapati
kenyataan bahwa bahwa putranya kelak akan menikah dengan seorang gadis dari
kalangan bawah yang baru saja lahir. Sang Baron pun mengetahui bahwa ayah dari
gadis kecil itu sangatlah miskin, dan dia telah memiliki lima anak. Baron
tidak terima jika anaknya kelak akan menikah dengan orang dari kalangan bawah
yang miskin.
Secepatnya Baron menunggang kudanya, dan berkuda
menuju ke rumah pria miskin tersebut, dan saat dia mendekati rumah pria yang
anaknya baru saja lahir, dia melihat pria ini duduk dekat pintu, dengan muka
sedih dan muram.
Sang Baron
pun turun, berjalan ke dekat pria yang bersedih itu, dan berkata, "Apa
yang terjadi, wahai Bapak yang baik?"
Pria yang
ditanya pun menjawab, "Yang Mulia, terus terang, aku telah
memiliki lima orang anak, dan sekarang keenam yang baru saja lahir, seorang
anak perempuan. Di mana aku bisa mendapatkan makanan untuk mengisi perut mereka, aku tidak
tahu lagi apa yang harus aku lakukan, pendapatanku sehari – hari selalu
saja tidak cukup untukmemenuhi kebutuhan kami sehari - hari."
"Jangan
berputus asa, Bapak yang baik," kata sang Baron. "Jika hanya itu
masalah Anda, aku dapat membantu Anda. Kebetulan aku sedang mencari anak
perempuan kecil agar ada yang menemani anak saya nantinya, jika Anda berkenan,
Aku akan memberikan anda 10 keping emas sebagai gantinya."
Dengan raut wajah yang sangat gembira serta mata
berlinang penuh kejutan , sang pria yang baru saja memiliki putri baru yang
baru lahir inimerasa sangat beruntung.
"Terima
kasih banyak, Yang Mulia," kata pria itu dengan gembira karena selain
mendapatkan uang, bayi perempuannya yang baru lahir akan mendapatkan rumah yang
layak ujar sang pria terebut dalam hati, karena itu dia lalu masuk ke dalam
rumah serta keluar kembali sambil membawa bayi kecil yang baru lahir. Dia lalu
menyerahkannya kepada sang Baron, yang membungkusnya dengan jubahnya lalu
menaiki kudanya dan pergi bersama bayi tersebut. Tetapi sesampainya di pinggiran
sebuah sungai, dia membuang bayi tersebut ke sungai yang mengalir deras, lalu
berkata sambil berkuda untuk pulang ke Kerajaanya:
"Pergilah
bersama takdirmu!"
Tetapi gadis
kecil itu tidak tenggelam, jubah yang membungkus tubuh bayi itu menahannya agar
tidak tenggelam, dan dia pun terapung-apung di sungai, hingga akhirnya
terdampar di depan sebuah gubuk nelayan yang saat itu sedang memperbaiki
jalanya. Ketika pemilik gubuk keluar dan melihat ada anak bayi
yang terapung di sungai, segera bergegas sang nelayan berlari menghampiri bayi
tersebut serta mengambilnya.
“Nelayan
dan istrinya sudah lama sekali
menginginkan keturunan namun belum terwujud, ketika sang nelayan menemukan bayi tersebut ia menjadi sangat bahagia dan
membawanya pulang untuk diperlihatkan kepada istrinya, yang juga
sangat bahagia melihat suaminya membawa bayi untuknya.
Di sanalah
bayi tersebut menetap hingga berusia dewasa, dan bayi tersebut tumbuh menjadi
seorang gadis yang sangat cantik. Pada suatu hari, sang Baron pergi berburu
dengan beberapa orang sahabatnya di sepanjang tepi Sungai, dan berhenti di
sebuah gubuk nelayan untuk minum.
Seorang
gadis yang sangat cantik keluar untuk memberikan air minum kepada mereka.
Sahabat-sahabat sang Baron kagum saat melihat kecantikan gadis itu, dan salah
satu di antara mereka berkata kepada Baron, "Baron, Anda dapat meramal
nasib, coba ramalkan nasib gadis itu, kira-kira dia akan menikah dengan
siapa?"
"Oh,
itu tidaklah sulit," jawab sang Baron. "Aku akan mencoba meramal
nasibnya. Mendekatlah ke sini, Anakku, dan katakanlah, kamu dilahirkan pada
hari apa?"
"Aku
tidak tahu, Yang Mulia," jawab si Gadis itu. "Aku ditemukan di sini
setelah terbawa oleh arus sungai sekitar lima belas tahun yang lalu."
Seketika itu
juga sang Baron mengetahui siapa sebenarnya si Gadis ini, dan ketika mereka
beranjak pergi dari gubuk nelayan, dia memutar kembali dan berkata kepada si
Gadis itu, "Aku akan memperbaiki keberuntunganmu. Ambil dan bawalah surat
ini kepada saudaraku di Kerajaan sebrang, dan kamu akan mendapatkan balasan
yang cukup untuk menghidupi diri kamu seumur hidup."
Si Gadis itu
pun mengambil surat tersebut dan berjanji akan mengantarkannya. Tetapi gadis
itu tidak menyadari bahwa isi surat itu berbunyi seperti ini:
"Saudaraku
tercinta, binasakanlah pembawa surat ini!
Salamku, Baront."
Tanpa
mengetahui isi surat tersebut, si Gadis segera berangkat menuju ke Kerajaan
Sebrang, dan di tengah
perjalanan dia bermalam di sebuah penginapan kecil. Namun, malam itu sekawanan
perampok masuk ke penginapan dan mencari harta dari tamu-tamu penginapan.
Mereka menggeledah kantung dan saku para tamu, dan mereka menemukan surat yang
di bawa oleh si Gadis.
Saat perampok
tersebut membuka dan membaca surat sang Baron, mereka menjadi iba terhadap
nasib si Gadis dan menganggap rencana Baron itu sangatlah kejam. Pimpinan
kawanan perampok itu pun mengambil pena dan kertas lalu menulis surat yang
bunyinya:
"Saudaraku
tercinta, nikahkanlah pembawa surat ini dengan putraku segera!
Salamku, Baron."
Kemudian
surat tersebut di segel ulang dan dikembalikan kepada si Gadis itu, dan
menyuruhnya untuk melanjutkan perjalanan. Dia pun berangkat menuju Kerajaan saudara sang Baron di Sebrang, di mana putra sang Baron menginap.
Ketika dia memberikan surat kepada saudara sang Baron, saudara sang Baron
langsung menyiapkan pernikahan pada hari itu juga. Putra sang Baron, saat
melihat gadis cantik ini, langsung jatuh cinta dan tidak membantah untuk
dinikahkan.
Ketika kabar
pernikahan mereka sampai di telinga sang Baron, dia merasa bahwa itu sudah
menjadi takdir, tetapi sang Baron masih merasa keras kepala dan tidak mau
menerima takdir itu begitu saja. Dia pun langsung berangkat dengan tergesa-gesa
menuju ke kastil saudaranya dan saat dia tiba, dia berpura-pura senang dengan
pernikahan tersebut. Suatu hari, ia meminta agar si Gadis menemani dia
berjalan-jalan di sepanjang tebing pinggiran laut.
Saat si
Gadis tiba di dekat tebing, sang Baron memegang tangannya dan akan mendorong
gadis tersebut ke pinggiran tebing. Tetapi gadis tersebut memohon agar sang
Baron menaruh belas kasihan kepadanya, dan membiarkannya untuk tetap hidup.
"Aku
tidak melakukan kesalahan apapun juga," ujarnya. "Jika Anda mengampuni
aku, maka aku akan melakukan apapun yang Anda inginkan, aku tidak akan pernah
melihat Anda atau anak Anda lagi kecuali Anda menginginkannya."
Kemudian
sang Baron pun melepaskan cincin emasmiliknya dan melemparkannya ke laut, sambil
berkata, "Aku tidak mau melihat wajahmu lagi, hingga kamu bisa
memperlihatkan cincin itu kepadaku," seru sang Baron sembari membiarkan si
Gadis berlalu dengan air mata
berlinang.
Gadis malang
itu menjadi sangat sedih, dan berjalan terus - menerus hingga akhirnya tiba di sebuah Kerajaan besar. Dia
pun memohon untuk diterima bekerja di Kerajaan tersebut. Orang-orang di kKerajaan
menerima si Gadis itu,
dan mempekerjakannya sebagai juru masak istana karena dia telah terbiasa
melakukan pekerjaan tersebut saat tinggal di gubuk ayah angkatnya yang nelayan.
Pada suatu
hari, si Gadis kebetulan melihat tamu-tamu yang datang ke kastil, dan dia
sangat terkejut saat melihat beberapa tamu tersebut tidak lain adalah sang
Baron, saudara sang Baron, dan putra sang Baron yang juga merupakan suaminya.
Si Gadis bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, berdasarkan janjinya, dia
seharusnya pergi dan menghindar. Tetapi akhirnya dia berkesimpulan bahwa mereka
tidak akan melihatnya di dapur Kerajaan sehingga perasaannya menjadi sedikit lega, dan
melanjutkan pekerjaannya sambil menghela napas panjang.
Dia pun
mulai membersihkan ikan besar yang akan direbus untuk dijadikan menu hidangan
makan malam. Saat dia sedang membersihkan ikan itu, dia melihat sesuatu yang
bersinar di dalamnya, dan apa yang dia temukan di dalam perut ikan? Tidak lain
adalah cincin emas sang Baron yang dilemparkan oleh sang Baron dari pinggir
tebing. Si Gadis sangat girang melihat cincin tersebut, kemudian dia pun
memasak ikan selezat mungkin untuk disajikan nanti.
Saat
hidangan ikan disajikan di atas meja, para tamu sangat menyukainya sehingga
mereka ingin sekali bertemu dengan orang yang memasak ikan tersebut. Pelayan
pun memanggil si Gadis untuk datang ke hadapan sang Baron. Si Gadis kemudian
membersihkan badannya dan merapikan penampilannya, serta memakai cincin emas
milik sang Baron pada ibu jarinya, lalu naik ke aula untuk menghadap para tamu
yang ingin melihatnya.
Ketika para
tamu melihat bahwa yang memasak ikan tersebut adalah seorang gadis yang sangat
cantik, mereka pun menjadi terkejut dan terpukau. Putra sang Baron sangat
gembira melihat kehadiran istrinya, tetapi Sang Baron yang melihat gadis itu,
menjadi sangat marah dan bergerak hendak memukul si Gadis. Tanpa mengucapkan
sepatah kata, gadis itu mengangkat dan memperlihatkan jari tangannya yang
memakai cincin emas ke hadapan sang Baron, lalu dia membuka cincin tersebut
serta meletakkannya di atas meja.
Akhirnya
sang Baron menyadari bahwa tidak ada yang mampu melawan dan mengubah takdir,
dan dia pun memegang tangan si Gadis, lalu mengumumkan kepada seluruh tamu yang
hadir bahwa si Gadis adalah istri dari putranya.
"Ini
adalah istri dari putraku. Marilah kita Makan – makan untuk menghormatinya." kata sang Baron.
Saat selesai
makan, Sang Baron pun mengajak si Gadis untuk ikut bersama putranya pulang ke Kerajaanya, dan di sanalah si Gadis bersama
suaminya hidup berbahagia selamanya.
Pesan Moral : Kalahkanlah ego diri dan emosi
sesaat, dan dahulukanlah kebaikan bersama.