Di Hutan yang lebat dan
dan subur ada dua ekor burung kecil yang tinggal di dahan pohon. Mereka bernama
Kiki dan Kiku. Kedua burung itu bersahabat, tetapi tabiat mereka berbeda. Kiki
selalu bangun pagi sebelum matahari terbit. Ia berolahraga di dahan-dahan
pohon, meloncat dari dahan ke dahan, terbang mengelilingi pohon-pohon dan
menyanyi. Kiki paling senang, bila ia dapat melihat matahari terbit.
“Selamat pagi, matahari
yang baik,” sapa Kiki ramah.
“Selamat pagi juga, Kiki!
Ho ho ho, pagi ini lagi-lagi kau bangun lebih pagi dariku,” sahut Matahari.
Matahari dan Kiki hampir
setiap hari mengobrol. Kalau Kiki rajin bangun pagi, Kiku sebaliknya. Ia tak
pernah bangun kalau matahari belum berada di atas pucuk pohon. Karena tidur
terlalu lama dan jarang berolahraga, Kiku sering sakit. Kiki jengkel dengan
kemalasan Kiku. Karena ia tak bisa membereskan tempat tidurnya pada pagi hari.
Kiki mencari akal agar
Kiku tidak malas bangun pagi lagi.
“Kiku, pernahkah engkau
makan cacing?” tanya Kiki pada suatu hari.
“Belum, bagaimana
rasanya?” Kiku merasa tertarik.
“Belum pernah makan
cacing? Kalau begitu jangan sebut dirimu burung. Setiap burung sejati pasti
pernah makan cacing setiap pagi,” kata Kiki sambil menepuk dada.
“Kalau begitu aku akan
mencari cacing,” kata Kiku penasaran. “Kau akan cari cacing di mana?” ejek
Kiki.
“Aku? Aku tidak tahu,”
sahut Kiki malu. “Aku mau memberi tahu. Asal kau mau bangun pagi-pagi besok.”
“Baiklah!”
Esok harinya, seperti
biasa Kiku bangun sebelum matahari terbit. Ia bersusah payah membangunkan Kiku.
Karena Kiku masih mengantuk, Kiku sering menutup matanya.
“Lihat Kiku! Bu Ayam
sedang mengais-ngais tanah. Cacingnya banyak sekali! Tidakkah engkau ingin
memakannya?” tanya Kiki. Seketika itu Kiku yang berjalan sambil
terkantuk-kantuk, membuka matanya.
“Petok. petook! Ayo, Kiki,
ajak temanmu sarapan bersama,” ajak Bu Ayam. Mereka pun sarapan pagi dengan
gembira.
“Kiki, aku sudah makan
cacing. Jadi aku adalah burung sejati,” kata Kiku. “Tapi burung sejati pun
selalu bangun sebelum matahari terbit,” kata kiki.
“Aku akan membiasakan
bangun pagi mulai sekarang. Karena ternyata bangun pagi itu menyenangkan. Aku
merasa badanku sangat sehat,” kata Kiku.
“Mulai sekarang kita bisa
berolahraga pagi,” kata Kiki. “Tentu!”
“Kalau begitu mari kita
terbang. Satu, dua, tiga!” seru Kiki. Kedua burung itu melesat ke udara. Mereka
terbang dengan riang di antara dahan-dahan pohon.
Pesan Moral
: Jangan Bermalas – Malasan di Pagi Hari